Singkong yang lekat dengan pelabelan kelas bawah, diubah Firmansyah menjadi camilan renyah yang gengsinya tak kalah dibanding dengan popcorn, french fries, ataupun crispy snacks impor. Dari modal tiga juta rupiah, omzetnya kini telah mencapai miliaran rupiah. Bahkan bisnis waralaba dari singkong pun telah dilakukannya. Bukan hanya keuntungan secara finansial yang diraih, cita-cita membuka lapangan pekerjaan bagi orang muda pun dicapainya juga.
Usaha Singkong: Bermula dari bisnis peninggalan Ibu
Kalau saja dulu Firman menuruti kata-kata ayahnya untuk bekerja sesudah lulus dari Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, mungkin saja ia tidak sesukses sekarang. Kemungkinan besar total gajinya setahun masih dalam hitungan juta. Pasti keadaannya berbeda dari Firman sekarang, yang bisa meraup omzet senilai miliaran rupiah, hanya dengan berdagang singkong. Dengan jeli pria yang kini berusia 33 tahun ini mengamati bahwa kebun singkong bisa disulap menjadi ladang emas. Di tangannya singkong diubah menjadi penganan ringan yang laris dikonsumsi setiap orang. Agar calon pembeli tidak meremehkan produknya, ia membuat merek yang cukup modern, yaitu Tella KreZZ, Brand yang cukup catchy dan mudah diingat.
Sebenarnya ia membangun bisnis ini tidak dari awal. Almarhum ibunya dulu sempat membuat bisnis serupa dengan mengusuk merek Homy Tela. Rupanya, usaha ini mengalami kegagalan. Strategi pemasarannya kurang tepat, cara berpromosinya kurang bagus dan tidak gencar, serta pengelolaannya masih sangat konvensional.
Usaha Singkong: Inovasi dan Strategi Pemasaran
Sebelum outlet itu tutup secara total, Firman menyusun strategi untuk melakukan sejumlah langkah inovasi. Singkong adalah kudapan yang lumrah di Yogyakarta. juga mudah didapat karena gampang ditanam hampir di seluruh wilayah Indonesia. Pengolahannya bisa dilakukan di mana pun dan oleh siapa pun. Di Yogyakarta saja, ia bisa menggunakan sekitar 300 - 500 kilogram per hari dan menghasilkan camilan hingga 2000 bungkus.
Penganan buatannya simple saja, singkong ia potong menjadi bentuk balok-balok seukuran jari kelingking lalu dimasak. Kemudian diberi berbagai macam bumbu hingga rasanya bervariasai. Tidak hanya gurih, tetapi juga ada yang manis. Kini ia telah berhasil mengembangkan hingga 14 variasi rasa.
Modal awalnya tidak banyak, hanya tiga juta rupiah. Kunci kesuksesan usaha singkong yang ia jalani selain inovasi produk adalah cara pemasaran. Ia rajin mengikuti berbagai pameran dengan demikian ia bisa langsung bertemu dengan banyak orang dan mendapat masukan tentang singkong TelaKreZZ. Selain itu juga ia bisa melihat reaksi mereka ketika mencicipi produknya, berkomunikasi langsung dengan konsumen, dan menerangkan keunggulan produknya.
Firman kemudian mengembangkan bisnis waralaba singkong. Modal yang diperlukan untuk waralaba TelaKrezz tidak besar, berkisar antara 3.5 sampai 6 juta rupiah. Uang tersebut sudah termasuk pelatihan untuk operasional usaha dan cala memilih singkong yang baik. Firman membatasi di setiap kota hanya ada satu pembeli waralaba master. Kalau ada yang ingin bergabung dengan bisnis waralaba singkong keju miliknya, mereka bisa menghubungi pemilik master waralaba singkong tersebut.
Bisnis waralaba singkong terus berkembang
Kini, bisnis waralaba singkong TelaKrezz telah berkembang menjadi lebih dari 500 outlet di seluruh Indonesia dengan omzet milyaran rupiah. Ia juga mengembangkan sayap usaha dibawah naungan PT Homy Group. Usaha - usaha yang ia kembangkan termasuk usaha laundry, usaha warung internet, dan usaha rental komputer. Untuk permodalan dalam pengembangan usahanya Firman juga meminjam dana ke bank yang kini banyak menawarkan pinjaman untuk pengusaha UKM.
Tak hanya memikirkan keuntungan wirausaha nya, Firman juga memperhatikan kesejahteraan dan kesenangan para karyawannya. Beberapa kali ia mengadakan Gathering dengan karyawannya karena ia yakin kalau karyawan senang, mereka akan bisa bekerja dan melayani konsumen dengan maksimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar